JAKARTA – Indeks Optimisme masyarakat Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam dua tahun terakhir. Survei terbaru yang dilakukan Good News From Indonesia (GNFI) bersama GoodStats mencatat skor 5,51 pada 2025, turun dari 7,77 pada 2023. Penurunan ini memindahkan kategori optimisme dari “optimis” menjadi “netral”.
Kondisi “netral” menggambarkan adanya keinginan masyarakat untuk tetap berharap pada masa depan, namun dibayangi kekhawatiran dan ketidakpastian. Faktor pemicu utama penurunan optimisme antara lain gejolak ekonomi, tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK), inflasi harga kebutuhan pokok, serta dinamika politik dan dampak konflik global.
Berdasarkan survei, 67,6% responden menyaksikan atau mengalami PHK dalam enam bulan terakhir, 55,8% mengaku harga kebutuhan pokok naik signifikan, dan 33,8% mengatakan pendapatan rumah tangga mereka menurun.
Politik Jadi Dimensi Paling Pesimis
Dari lima dimensi yang diukur, sektor politik dan pemerintahan mencatat skor terendah, yakni 3,87 (kategori pesimis). Sebanyak 67,4% responden pesimis korupsi akan berkurang, 60,1% meragukan transparansi pemerintahan, dan 53,3% pesimis aspirasi publik akan diakomodasi dalam kebijakan. GNFI menilai hasil ini menjadi alarm bagi para elite politik untuk membangun kembali kepercayaan publik.
Generasi Muda Kalah Optimis
Survei juga mengungkap fenomena menarik: kelompok usia 17–25 tahun justru menjadi yang paling pesimis, dengan skor 5,45. Sementara kelompok usia 46–55 tahun mencatat skor tertinggi 6,21. GNFI menilai generasi muda menghadapi tekanan ganda, mulai dari ketidakstabilan ekonomi, ketatnya persaingan kerja, hingga ketidakpastian global.
Harapan di Budaya dan Inovasi
Meski secara umum terjadi penurunan optimisme, dimensi Budaya dan Kreativitas (6,75) serta Teknologi dan Inovasi (6,69) masih berada di kategori optimis. Sebanyak 70,2% responden yakin budaya Indonesia akan semakin dikenal di dunia, dan 66,8% percaya anak muda dapat memimpin inovasi digital.
CEO GNFI, Wahyu Aji, menegaskan optimisme bukan berarti menutup mata dari kenyataan. “Dari data ini kita bisa kembali menyusun narasi optimisme yang lebih membumi,” ujarnya.
Metodologi Survei
Survei dilakukan pada 3 Juni–3 Juli 2025 terhadap 1.020 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan dominasi usia 17–35 tahun (76,8%). Data dikumpulkan melalui survei online dan forum grup diskusi (FGD), menggunakan skala Likert 1–10.
Laporan lengkap Indeks Optimisme 2025 dapat diakses di bit.ly/ReportIndeksOptimisme2025.